Perang. Ada berbagai macam alasan yang menjadi penyebab perang. Sepanjang sejarah manusia, minyak, emas, wilayah, ideologi, dan kepercayaan merupakan sedikit dari banyaknya alasan penyebab tersebut. Tapi perang karena kopi? Nah peristiwa itu pernah terjadi di Toraja, Indonesia.
Toraja
Toraja merupakan daerah pegunungan kecil yang terletak pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut di Sulawesi Selatan. Dengan dataran tinggi, tanah dengan pH rendah, curah hujan yang tepat, dan lonjakan suhu antara siang dan malam, Toraja dianggap sangat cocok untuk menanam tanaman kopi. Toraja dikenal sebagai penghasil biji kopi terbaik di Indonesia.
Kopi dianggap sebagai salah satu komoditas langka dan juga barang mewah, terutama ketika pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada masa kolonial di akhir abad ke-17. Kopi pertama kali dibawa ke Toraja pada tahun 1850-an. Pada tahun 1876, datangnya penyakit karat - penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen - mempengaruhi banyak perkebunan kopi besar di Jawa, dan akibatnya, penanaman kopi yang dilakukan oleh petani-petani kecil di Toraja menjadi bisnis yang berkembang pesat. Sayangnya, hal ini menjadi awal dari perang yang akan datang, perang kopi antara masyarakat adat Toraja dan Bugis, salah satu suku bangsa terbesar di Sulawesi Selatan.
Perang kopi
Tidak butuh waktu lama, kopi Toraja pun dipandang sebagai komoditas yang berharga, dan seolah-olah semua orang ingin menguasai dan memilikinya, termasuk suplai dan jalur perdagangannya. Tergiur atas nilai dari perdagangan kopi yang berharga, orang Bugis berusaha untuk mengambil alih dan menaklukkan Toraja pada tahun 1890-an. Pertempuran akhirnya dimulai dan permusuhan pun terjadi. Inilah mengapa dewasa ini di Indonesia kopi Toraja kadang disebut perang kopi, yang secara langsung diterjemahkan menjadi “kopi perang”.
Meski begitu, beberapa generasi terdahulu sepertinya sudah lupa bahwa kopi adalah faktor pendorong perang ini. Periode tersebut umumnya merupakan masa yang penuh gejolak bagi Toraja.
Pelestarian dan perlindungan
Saat ini, kopi Toraja berada di bawah Perlindungan Indikasi Geografis (juga dikenal sebagai GI), yang bekerja dengan cara yang mirip dengan trademarks di bawah undang-undang kekayaan intelektual dan hak intelektual (atau lebih dikenal sebagai hak cipta). Penggunaan indikasi geografis melalui tanda atau nama yang setara dengan sertifikasi, yang mengandung arti bahwa produk tersebut memiliki kualitas tertentu, dibuat dengan cara tradisional, atau memiliki reputasi tertentu karena asal geografisnya.
Dalam kasus kopi Toraja, indikasi geografisnya memastikan bahwa merek dagang "Toraja" tidak pernah disalahgunakan atau disalahartikan, dan bahwa kualitas biji kopi yang berasal dari Toraja untuk membuat kopi Toraja selalu unggul, mengikuti produksi dan metode pemrosesan yang ketat. Hal inini juga membantu mencegah timbulnya masalah pemalsuan.
Untuk kopi Toraja, segalanya tidak banyak berubah. Sebagian besar kopi yang diproduksi di wilayah ini masih ditanam oleh pekebun swadaya, denagn hasil yang terbilang rendah - sekitar 300 kilogram per hektar - membuat kopi toraji terasa lebih eksklusif, istimewa dan sulit didapat. Saat ini, kopi Toraja masih dipetik dan disortir dengan tangan - proses yang diperlukan untuk menjamin kopi berkualitas tinggi bagi konsumen.
Bagi teman-teman yang berminat membeli kopi toraja langsung tanyakan ke supplier Kopi Toraja di Makassar, Malgo, telp/kontak 08114177888. Kamu bisa mendapatkan kopi toraja berkualitas tinggi dengan harga miring untuk pembelian partai. Temukan juga malgo di Tokopedia.
#malgocoffee #kopiindonesia #bijikopi #torajasapan #torajapulupulu #kopiluwak #kopitoraja #greenbean #arabicatoraja #robustatoraja #roastedbean #kopisapan #kopipulupulu #arabicasapan #arabicapulupulu #kopipangopango #kopispecialty #toarco #kopipremium #torajacoffee #torajakalosi #torajamamasa #kopigayoasli #kopigayo #kopigayoaceh #kopinusantara
0 Post a Comment:
Posting Komentar